HUBAYA-HUBAYA!!! MOHON MAAF... UNTUK KALI INI, PERMINTAAN CD DAN DVD ISO LINUX TIDAK BISA DIPENUHI UNTUK SEMENTARA WAKTU... SEKIRANYA ADA KEMUNGKINAN UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN, AKAN DIUMUMKAN LEBIH LANJUT... TERIMA KASIH DAN MOHON MAAF UNTUK YANG TELAH MEMESAN ISO LINUX... HARAP MAKLUM... TABIK...

Video kembang api di Hong Kong Disneyland...

Setiap pukul 8 malam (waktu setempat), ada atraksi di Hong Kong Disneyland yang bertajuk "Disney in the Stars". Atraksi tersebut menampilkan kembang api yang indah dan juga efek-efek visual pada istana Sleeping Beauty. Sia-sia untuk dilewatkan. Aku sempatkan merekam atraksi ini untuk ditampilkan di blog ini.

Selamat menikmati.

http://www.youtube.com/watch?v=jr7hOQeMNrg

Foto-foto Menarik di Hong Kong, Macau, dan Shenzhen...

Klik gambar untuk melihat dalam ukuran lebih besar.

Iklan konser S.H.E. di Venetian Macau

Gambar mural di Macau


Iklan layanan masyarakat di Macau dalam bahasa Mandarin, Portugis, dan Inggris

Ada mobil Doraemon di Macau

Permen Kopiko pun ada di Macau

Lautan motor di Macau

Salah satu toko suvenir di Macau, sambutan dalam bahasa Tagalog (Bili na kabayan) dan bahasa Indonesia (Selamat Datang)

Foto pengantin di depan Gereja Santo Paulus, Macau

Taksi di Macau (Corolla Altis)

Patung dari pasir tengah dibuat di Disneyland Hong Kong

Kumpulan anak-anak sekolah tengah berwisata di Disneyland Hong Kong

Iklan filem Eclipse di Hong Kong

Iklan (lagi) di Hong Kong



Mobil-mobil mewah di Hong Kong : Toyota Alphard, Audi, Porsche Carrera GT

Pengumuman anti-rokok di Convention Center Hong Kong. Ada juga dalam bahasa Indonesia.

Sambutan selamat datang di Ngong Ping 360, lagi-lagi ada juga dalam bahasa Indonesia.

"Surya Mart", toko Indonesia di daerah Tung Chung


"Fade Out", seni instalasi di Ngong Ping yang menyadarkan kita tentang bahaya sampah plastik

Ngong Ping, kampung tanpa kantong plastik

Salah satu pusat belanja di Shenzhen

Halte bis di Shenzhen

Bis di Shenzhen




Mobil-mobil di Shenzhen

7UP, minuman yang paling sering ditemui di Shenzhen

Enaknya si bapak tidur di pangkuan istrinya (entah itu istrinya atau bukan), di Window of the World, Shenzhen

Hal yang Menarik di Hong Kong, Macau, dan Shenzhen...

Beberapa hal yang aku pelajari dan aku pahami di Hong Kong :

  1. Biaya hidup di Hong Kong mahal, termahal kedua di Asia setelah Jepang. Air putih satu botol HK$10 (sekitar Rp10.000). Makanan sepiring rata-rata HK$25 (sekitar Rp25.000). Sewa rumah satu bulan HK$7000 (sekitar Rp7.000.000), padahal gaji karyawan satu bulannya HK$8000
  2. Di Hong Kong banyak orang kaya. Di jalan raya kita dengan mudahnya menemukan mobil-mobil mahal seperti Toyota Alphard, BMW, Mercedes-Benz, Volvo, Porsche, malah aku juga pernah menemukan sedan Bentley. Artinya mereka hanya mau beli mobil kalau sudah kaya, dan mobilnya juga mobil mewah. Kalau belum kaya, mereka tak mau beli mobil, dan ke mana-mana lebih memilih naik bis, MTR, atau taksi.
  3. (kalau menurut pendapatku) di Hong Kong banyak gadis-gadis cantik yang tampilannya juga modis dan tubuh seimbang.
  4. Orang Hong Kong tergolong sopan dan mau membantu orang lain, termasuk juga menolong turis asing yang kesulitan walaupun dengan bahasa Inggris yang seadanya.
  5. Orang Hong Kong tengah menyukai segala hal yang berbau Jepang, entah itu makanannya, filemnya, anime, dorama, J-Pop, J-Rock, dan lain-lainnya. Beberapa toko sering memutar lagu Jepang, lebih sering daripada lagu Kantonis atau Mandarin. Termasuk juga Doraemon, sangat disukai di Hong Kong.
  6. Kedisiplinan di Hong Kong tidak terlalu baik dan juga tidak terlalu buruk, belum bisa dibandingkan dengan Singapura. Kalau menyeberang jalan, tidak perlu menunggu lampu hijau, asal mobil sudah kosong silakan saja menyeberang. Di beberapa tempat yang terpampang peraturan "Dilarang makan dan minum", tetap saja ada yang makan dan minum.

Beberapa hal yang aku pelajari di Macau :

  1. Ekonomi Macau bisa lumpuh tanpa pariwisata dan judi. Bayangkan, di wilayah seluas kurang dari 100 km2, apa lagi yang bisa diandalkan??? Akhirnya bisnis pariwisata dan kasino juga yang menjadi pemasukan terbesar. Macau termasuk perintis WTO (World Tourism Organization, serikat pariwisata dunia).
  2. Macau adalah koloni Portugis terakhir sampai pada tahun 1999, ketika Macau diserahkan dari pemerintah Portugal kepada Republik Rakyat China. Diserahkannya Macau menjadi akhir dari kisah penjajahan bangsa Portugis selama lebih dari 500 tahun. Penjajahan Portugis adalah yang terlama di dunia, mulai dari Ceuta pada tahun 1415 sampai Macau pada tahun 1999. Macau adalah salah satu dari koloni Portugis di Asia, selain dari Timor Leste, Goa (India), Ternate (Indonesia), dan Malaka (Malaysia).
  3. Sebenarnya Macau punya mata uang sendiri, namanya pataca. Tapi kenyataannya, Dollar Hong Kong lebih sering dipakai. Sampai sekarang aku tidak punya selembar pun uang pataca, walaupun aku sudah pernah ke Macau. Semua toko menerima transaksi dalam dollar Hong Kong. Harga keduanya tidak berbeda jauh.
  4. Macau cuma punya 3 rumah sakit untuk 500.000 orang. Bagaimanapun, Macau juga punya puskesmas yang berukuran kecil di beberapa tempat.

Beberapa hal yang aku pelajari di Shenzhen :

  1. Sampai pada tahun 1970-an, Shenzhen adalah sebuah desa yang sunyi. Setelah Deng Xiaoping menjadikan daerah ini sebagai zona ekonomi khusus, keadaan berubah drastis. Shenzhen menjadi kota yang ramai dan modern. Penduduknya berubah dari 20.000 jiwa menjadi 10 juta jiwa. 
  2. 80% penduduk Shenzhen adalah pendatang dari provinsi lain di China. Tak heran, bahasa Kantonis jarang terdengar di sini, lebih sering bahasa Mandarin.
  3. Shenzhen adalah China. Karena itu, sifat-sifat orang China Daratan bisa dilihat di sini. Mereka agak kurang sopan, kurang ramah terhadap wisatawan asing, dan gaya hidupnya juga tidak terlalu bersih. Hal seperti ini juga bisa dilihat pada wisatawan China yang berkunjung ke Hong Kong atau Macau.
  4. Di Shenzhen tidak ada sepeda motor. Pemerintah menetapkan kota Guangzhou, Dongguan, dan Shenzhen di Provinsi Guangdong sebagai kota yang bebas dari sepeda motor.
  5. Di Shenzhen tidak ada polisi keliling. Di setiap sudut kota terpasang kamera yang menangkap beberapa pengguna jalan yang nakal dan melanggar peraturan. Siapa yang tertangkap kamera akan terpampang di televisi lokal dan harus lapor ke kantor polisi untuk kemudian dikenakan denda. Kamera juga terpasang di dalam bis dan kereta bawah tanah.

Kisah Perjalanan 3 Kota (Bagian IV-Selesai)

Sebelum berangkat ke Shenzhen, kami menyempatkan diri berkunjung ke Ngong Ping 360, sebuah wahana kereta gantung di Pulau Lantau. Ternyata antriannya cukup ramai, dan sekitar 30 menit baru kami bisa naik kereta gantung. Jalur kereta gantungnya adalah salah satu yang terpanjang di dunia. Dari dalam kereta gantung, kami juga bisa melihat Bandar Udara Internasional Hong Kong.
Tiba di Ngong Ping, ada patung Buddha yang besar dan perkampungan yang indah.

Jalur kereta gantung Ngong Ping 360

Bandar Udara Hong Kong, terlihat dari kereta gantung

Patung Buddha Tian Tan dan gerbang jalan menuju ke sana

Siangnya kami langsung pulang ke hotel untuk persiapan menuju Shenzhen. Perjalanan menuju Shenzhen sekitar 1 jam, dan tiba di sana harus mengurus keimigrasian terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanan menuju kota Shenzhen.
Shenzhen adalah sebuah Zona Ekonomi Khusus yang didirikan oleh pemerintah Republik Rakyat China. Kota ini pada awalnya hanyalah desa yang sunyi, sampai pada tahun 1970 ketika presiden Deng Xiaoping mengubah Shenzhen menjadi sebuah pusat perdagangan. Penduduk awalnya hanya 20.000 jiwa, sekarang menjadi 10 juta jiwa. Luas awalnya hanya 50 km2, sekarang telah bertambah menjadi 2.050 km2. Benar-benar berubah.
Dari Shenzhen, kita bisa melihat gambaran China. Cukup berbeda dengan Hong Kong. Penduduknya tidak begitu ramah dan kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris. Kebersihan juga menjadi masalah utama di sini. Walaupun demikian, daerah di sini masih hijau. Transportasi juga cukup memadai, ada taksi, bis kota, dan kereta bawah tanah.

Pusat imigrasi Shenzhen Bay

Pemandangan kota Shenzhen

Malamnya kami belanja di Luohu. Di sana bisa mendapatkan berbagai barang dengan harga miring. Beda harganya antara bumi dan langit dengan harga di Hong Kong. Tak heran kalau warga Hong Kong senang belanja di sini, karena aksesnya juga mudah. Mobil Hong Kong bisa masuk China, tapi mobil China tak bisa masuk Hong Kong, entah kenapa.
Di Luohu, handphone Nokia N95 bisa didapat dengan harga RMB900 (sekitar 1 juta rupiah). Padahal harga aslinya lebih tinggi dari itu. Sepatu juga harganya di bawah RMB100 (di bawah seratus ribu rupiah). Tentu saja itu bukan barang-barang asli. Ada yang kata "aspal" (asli tapi palsu).
Esoknya kami melakukan perjalanan berkeliling Shenzhen. Pertama, kami ke tempat penjualan batu giok milik pemerintah Republik Rakyat China. Harga batu giok juga bisa ditawar. Liontin seharga RMB1600 bisa dibeli dengan harga RMB300. Patung seharga RMB8000 bisa ditawar harganya jadi RMB1000. Gila.
Dari sana, kami ke tempat penjualan obat dengan bahan-bahan tradisional. Di sana juga bisa periksa kesehatan. Ketika dokter memeriksa tanganku, dokter bilang liver aku terlalu banyak racun dan harus dibuang. Kenapa mukaku banyak jerawat, karena itu adalah tempat pembuangan racun. Dokter bilang, aku terlalu banyak makan goreng-gorengan. Yah, apa boleh buat, itulah makanan yang murah selama aku tinggal merantau sendiri. Setelah itu, dokter menawarkan aku untuk minum obat dari ramuan tradisional seharga RMB1500. Aku langsung menolak. Mahal sekali. Tapi dokter itu terkesan memaksa untuk membeli. Maklum saja, di sana tempat bisnis obat.
Siangnya kami ke Window of The World, sebuah daerah yang berisi miniatur berbagai negara di dunia. Cuaca di sana panas sekali, jadi perjalanan agak kurang bisa dinikmati. Aku terkejut karena di sana ada Borobudur milik Indonesia. Ternyata orang China juga tahu Borobudur. Perjalanan di sana menggunakan kereta kecil. Tidak mungkin berjalan kaki, bisa mati lemas.


Window of the World


Piramida

Borobudur


Istana Rattanakosin, Thailand

Dari Window of the World, kami ke Splendid China, sebuah daerah yang menunjukkan kebudayaan China dan juga suku-suku minoritas di China. Banyak pertunjukan yang menarik di sini. Ada aksi teatrikal suku-suku minoritas, atraksi perang suku Mongol dengan menggunakan kuda (melihat atraksi ini harus mampu menahan bau kotoran kuda yang menyengat sekali), dan juga pertunjukan puncak pada malamnya yaitu aksi gabungan teatrikal, tari-tarian, dan juga akrobatik, ditambah lagi dengan sinar laser dan cahaya api yang cukup menawan.

Esoknya kami pulang ke Hong Kong untuk kemudian kembali ke Jakarta. Ternyata imigrasi di Shenzhen Bay pada hari itu cukup sibuk sehingga kami harus mengantri sekitar 30 menit. Total perjalanan dari Shenzhen ke Bandar Udara Hong Kong sekitar 1 jam 30 menit. Kami pun pulang ke Jakarta. Aku sudah rindu rumah. Sejauh-jauhnya kita berpergian, tetap rumah kita yang sehari-hari kita hunilah yang paling nyaman.
Maka selesailah kisah perjalanan di Delta Sungai Mutiara. Semoga di lain waktu aku bisa kembali lagi ke sana.

Kisah Perjalanan 3 Kota (Bagian III)

Hong Kong adalah sebuah kota yang cukup hebat. Tata kotanya rapi. Di mana-mana terdapat gedung pencakar langit. Tak heran kalau kota ini menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Sayang biaya hidup cukup tinggi, dan yang bisa tinggal di sini tanpa perlu memikirkan biaya hidup adalah orang-orang kaya. Di Hong Kong banyak orang kaya.


Pemandangan kota Hong Kong dari Avenue of the Stars


Pemandangan kota Hong Kong dari The Peak Tower

Bendera Hong Kong (kiri) dan bendera Republik Rakyat China (kanan), tanda bahwa Hong Kong masuk ke dalam teritori Republik Rakyat China, tapi juga punya wewenang sendiri dalam beberapa urusan, yang termaktub dalam prinsip "Satu Negara, Dua Sistem"

Transportasi di Hong Kong cukup mudah. Untuk hemat, aku menyarankan menggunakan MTR (singkatan dari Mass Transit Railway), kereta cepat massal yang menjangkau hampir seluruh wilayah Hong Kong. Harganya tidak terlalu mahal. Pada masa-masa sibuk, para pekerja pulang ke rumah (sekitar pukul 5-6 petang), kereta bisa cukup padat dan sesak, jadi jaga barang bawaan agar tidak hilang atau dicuri orang.
Aku tidak menganjurkan untuk memakai taksi. Selain harganya cukup mahal, kebanyakan supir tidak bisa berbahasa Inggris sehingga urusannya bisa menjadi lebih pelik, walaupun sebenarnya taksi di Hong Kong cukup nyaman.


Stasiun MTR Mong Kok

Mesin pembelian karcis

Salah satu platform atau peron MTR

Suasana di dalam kereta saat masa-masa sibuk

Perjalanan setelah keluar dari arena Disneyland, malamnya kami makan dan belanja di Mong Kok, sebuah daerah di dalam distrik Kowloon. Ternyata pada malam hari, banyak jalan di sana yang ditutup untuk kendaraan bermotor, dan dikhususkan untuk pejalan kaki. Jalan raya menjadi lautan manusia. Malam hari di sana cukup terang benderang.
Ada satu tempat makan yang bernama Lok Yuen. Di sana kebanyakan makanan halal, banyak yang terbuat dari daging sapi dan ikan. Rasanya cukup lezat. Rumah makan ini juga mendapat banyak sertifikat berkelas internasional.

Kedai Makan "Lok Yuen" di daerah Mong Kok

Mong Kok adalah tempat belanja yang ramai. Di sini banyak pedagang yang menjual pakaian, tas, sepatu, dan juga barang-barang suvenir dengan harga miring.


Suasana malam di Mong Kok

Esoknya kami melakukan perjalanan lagi. Pertama kami ke Avenue of the Stars, di mana bintang-bintang filem Hong Kong membubuhkan tanda tangan dan juga jejak tapak tangan di jalan itu. Artis yang sudah meninggal dunia, jejak tangannya akan dihapus. Selain itu, beberapa artis juga tidak mau memberikan cap tangannya, entah karena apa. Salah satunya adalah Chow Yun-Fat.


Tanda tangan dan cap tangan Michelle Yeoh, aktris populer filem Hong Kong yang berasal dari Malaysia


Patung Bruce Lee di Avenue of the Stars

Dari sana kami menuju ke Jewellery City, sebuah tempat produksi dan penjualan batu permata dan perhiasan. Saat kami datang, banyak rombongan dari Filipina dan Indonesia berkunjung ke sini. Beberapa tokoh terkemuka seperti Michael Jackson pernah ke tempat ini. Sayang harganya mahal, jadi hanya bisa melihat dan tidak bisa membeli.


Dari sana, kami menuju The Peak Tower. Di sana terdapat galeri patung Madame Tussaud yang isinya patung orang-orang terkenal. Cukup mirip dengan aslinya, walaupun koleksinya tentu saja tidak sebanyak galeri aslinya di London, Inggris, tapi tetap menarik.
Di sana kami juga membeli suvenir dan melihat pemandangan Hong Kong secara luas dari ketinggian. Banyak pencakar langit.

Bruce Lee

Puteri Diana

Cristiano Ronaldo

Malamnya kami makan dan belanja di Times Square. Dari hotel kami di daerah Fortress Hill, kami menumpang MTR ke stasiun di jalur yang sama di Causeway Bay. Times Square adalah sebuah mal yang besar, ada 9 tingkat. Di sini ada yang unik, yaitu replika bola Jabulani untuk Piala Dunia. Ternyata mereka pandai memanfaatkan momen.


Replika Jabulani

Banyak kaki yang menendang bola, tentu bukan kaki dan bola sungguhan

Besoknya kami akan melanjutkan perjalanan ke Shenzhen. Tunggu ceritanya di postingan berikutnya.