HUBAYA-HUBAYA!!! MOHON MAAF... UNTUK KALI INI, PERMINTAAN CD DAN DVD ISO LINUX TIDAK BISA DIPENUHI UNTUK SEMENTARA WAKTU... SEKIRANYA ADA KEMUNGKINAN UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN, AKAN DIUMUMKAN LEBIH LANJUT... TERIMA KASIH DAN MOHON MAAF UNTUK YANG TELAH MEMESAN ISO LINUX... HARAP MAKLUM... TABIK...

Mencari Tuan Rumah dan Menjadi Tuan Rumah

Aku baru saja selesai membaca buku "Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1.000 Dolar" yang ditulis oleh Marina Silvia K. Memang terlambat, karena buku ini sudah terbit sekitar 3 tahun yang lalu, tapi baru kali ini aku berkesempatan membaca buku ini karena minatku terhadap dunia perjalanan atau travelling baru tumbuh akhir-akhir ini.
Hal yang menarik yang diungkapkan dalam buku ini adalah bagaimana kita mengurus akomodasi di negeri orang. Ternyata ada metode yang tengah populer, yaitu menginap di rumah orang. Ini menjadi metode yang bagi beberapa orang amat menyenangkan dibandingkan tidur di hotel, hostel, motel, atau sejenisnya.
Apa sajakah kelebihannya???

  • Tanpa biaya. Kita tak akan menanggung biaya akomodasi.
  • Kita bisa mengenal secara langsung bagaimana keseharian masyarakat di negara yang kita tempati.
  • Banyak kawan baru yang kita dapat. Terutama kalau kita berjalan-jalan sendiri dan tidur di penginapan, kita akan merasa suntuk bersendirian. Tapi kalau menginap di rumah orang, kita dapat kawan baru yang mau mendampingi kita selama perjalanan dan menjadi kawan untuk meluahkan rasa hati.
Karena menurutku, ada dua harta berharga yang kita dapatkan ketika berjalan-jalan, yaitu persahabatan dan pengetahuan. Dua harta ini tidak akan tergantikan oleh uang sebesar apapun, dan dua itulah yang ingin aku cari. Belanja dan oleh-oleh itu urusan belakang. Pepatah Melayu pun ada berkata, "Jauh perjalanan luas pemandangan, luas pemandangan banyak pergaulan", tentu saja pemandangan (pengetahuan) dan pergaulan itu yang ingin dicari. Karena itulah metode homestay menjadi cara ampuh untuk mendapatkan kedua harta berharga itu.
Dan dari cara itu pula, Marina Silvia mendapatkan banyak pengalaman baru yang mampu ia rangkai semuanya itu menjadi sebuah buku bertajuk "Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1.000 Dolar". Tapi bagiku, bukan 1.000 Dolar itu yang ingin ditekankan, karena bagiku berapapun biayanya itu sudah menjadi resiko bagi seorang pelancong. Apalagi kedua harta itu, persahabatan dan pengetahuan, tak akan tergantikan oleh triliunan dolar sekalipun.

Tapi bagaimana caranya??? Bagaimana kita mencari orang yang mau menjadi "tuan rumah" di kota yang ingin kita tempati??? Ada beberapa laman internet yang bisa membantu.

HospitalityClub dan CouchSurfing cukup diutamakan. Kamu diminta untuk mendaftar (sign up) di situ dan nantinya akan dikonfirmasi oleh pemilik laman. Ketika diminta untuk mengisi profil, usahakan mengisi profil sedetil mungkin, karena apa??? Pada nantinya kita akan bertemu di dunia nyata, dan nantinya profil kita akan menjadi pertimbangan bagi orang-orang yang ingin menjadi tuan rumah kita, maukah mereka menerima kita.
Oh iya, lagi satu. Melalui couching website seperti ini, kita bukan hanya mencari tuan rumah, tapi kita pun boleh menjadi tuan rumah bagi pelancong yang akan melancong ke tempat kita. Bak kata pepatah Melayu, "orang berbudi kita berbahasa, orang memberi kita merasa". Orang sudah menjadi tuan rumah, sekarang giliran kita menjadi tuan rumah bagi mereka. Atau justru sebaliknya, dengan pertama-tama kita menjadi tuan rumah bagi mereka, dengan mudahnya mereka pun menjadi tuan rumah bagi kita manakala kita melancong ke kota mereka.
Dengan cara seperti ini, kita dapat mengenal lebih banyak kawan dari negara lain. Apabila kamu merasa belum mampu melancong ke negeri yang jauh, cukuplah kamu menjadi tuan rumah dan mendampingi mereka untuk berwisata di kota kamu. Banyak harta yang bisa didapat dari jalur pertemanan seperti ini.
Sebelum terlupa, profil pada laman itu harus kamu isi selengkap mungkin. Pada saat kita mencari tuan rumah, orang yang ingin menjadi tuan rumah bisa mempertimbangkan ingin menerima kita atau tidak dengan melihat profil kita. Sebaliknya, pada saat mereka mencari tuan rumah, mereka juga bisa memilih apakah mereka mau tinggal di rumah kita atau tidak.

Kamen Rider

DIA PUN MULAI MENGELUARKAN JURUS

DAN INILAH JURUSNYA!!!

Sumber : forum internet

Kasus Baru Detektif Conan

Sumber : dari forum internet




Rindu Purnama

CERITA :
Ini kisah tentang seorang anak jalanan bernama Rindu atau Purnama (entahlah siapa nama sebenarnya, kadang orang panggil Rindu kadang pula orang panggil Purnama). Rindu dan kawan-kawannya sedang mengamen di jalan (kalau aku boleh tebak, di kolong Jalan Layang Ir Wiyoto Wiyono, Jakarta), tiba-tiba ia tertabrak oleh sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang kaya yang bernama Surya dan supirnya, Pak Pur (macam nama guru SMA-ku dulu). Surya lepas tanggung jawab, ia lari dengan taksi menuju kantor. Pak Pur yang merasa iba pun memutuskan untuk mengasuh Rindu yang terkena geger otak ringan.
Surya tak senang dengan keadaan Rindu. Ia tak ingin ada orang asing tinggal di rumahnya, dan memaksa Pak Pur dan istrinya untuk mengembalikan Rindu ke tempat asalnya secepatnya. Sayang, Pak Pur tak tahu di mana tempat Rindu tinggal, ditambah lagi Pak Pur merasa melihat Rindu macam melihat anak sendiri karena Pak Pur dan istrinya sudah berpuluh-puluh tahun tak punya anak kandung.
Rindu berasal dari sebuah kampung permukiman kumuh di Jakarta Utara. Di situ ia dididik oleh seorang pembimbing yang bernama Sarah. Ketika Rindu hilang, warga sekampung sibuk mencari, tapi tak jumpa-jumpa. Adiknya, Akbar, sangat menantikan kehadiran kakaknya dan selalu menangis setiap malam.
Di tempat lain, tersebutlah Monik, anak dari Pak Roy, presiden direktur di tempat Surya bekerja. Monik sudah lama berhubungan akrab dengan Surya. Monik tengah mengurus sebuah proyek pembangunan apartemen mewah yang rupa-rupanya akan dibangun di kampung tempat Rindu tinggal. Surya tak tahu akan hal ini.
Karena Pak Pur tak berhasil mengembalikan Rindu, Surya memutuskan untuk mengembalikannya sendiri. Ia membawa Rindu ke rumah sakit dengan harapan Rindu cepat sembuh dan bisa langsung pulang. Saat di rumah sakit, Rindu menghilang dan Surya tambah panik.
Berkat lukisan-lukisan yang digambar oleh Rindu, Surya bisa perlahan-lahan mendapat petunjuk untuk mencari Rindu, termasuk menemuka di mana ia tinggal. Akankah Rindu berhasil ditemukan? Bagaimana dengan nasib kampung Rindu yang terancam digusur? Silakan tonton sendiri di bioskop terdekat.

REVIEW :
Aku sebenarnya terpancing untuk menonton filem ini karena promosinya yang cukup gencar dengan label "filem keluarga". Di antara banyaknya filem Indonesia bertema horor atau percintaan saat ini, Rindu Purnama memberi penyegaran. Ditambah lagi sutradaranya, Mathias Muchus, memang adalah salah satu idolaku. Ini merupakan filem pertamanya.
Tapi ekspektasi berlebih memang selalu salah. Aku kira filem ini akan sempurna, ternyata tidak juga. Ceritanya bagus, tapi penggambaran ceritanya itu kurang mengena di hati. Padahal dalam pembuatan filem penggambaran itulah yang penting, bukan ceritanya.
Ada beberapa hal yang mengganjal di filem ini. Contohnya, bagaimana bisa Pak Pur dan Surya tak tahu lokasi di mana Rindu tertabrak? Padahal itu bisa menjadi petunjuk untuk mencari tempat tinggal Rindu. Ini tidak, Surya baru tahu tempat Rindu tinggal dari lukisan yang digambar oleh Rindu.
Selain itu, ceritanya tergolong sempit dan sebenarnya bisa lebih luas dikembangkan. Bagaimana Surya bisa tak suka ada anak-anak di rumahnya, sebenarnya bisa digambarkan atau diterangkan di filem ini. Lalu Monik itu siapa, apa yang membuat ia bisa seperti itu. Masih banyak hal-hal lain. Aku terpaksa karang-karang sendiri ceritanya.
Dan yang paling mengganjal, akhir ceritanya menggantung. Aku kurang suka dengan filem yang akhir ceritanya menggantung dan kita sebagai penonton harus tebak-tebak buah manggis bagaimana ujung ceritanya, sama macam filem Hello Stranger yang aku tonton kemarin.
Tapi setidaknya, filem ini punya penggambaran yang bagus tentang jenjang antara si miskin dan si kaya, dan juga antara permukiman kumuh dan permukiman mewah. Satu gebrakan yang baik oleh Mathias Muchus. Lain kali sebaiknya lebih disempurnakan lagi.
Aku beri nilai 7 dari 10.

Ada sedikit yang terpikir di otak aku, yaitu mengenai akhir dari filem ini. Di akhir filem ini, permukiman kumuh itu tetap dipertahankan dan bebas dari penggusuran.
Kalau menurut aku, penghuni permukiman kumuh seperti Rindu dan kawan-kawannya memang harus dipindahkan ke tempat yang lebih layak, ke rumah susun misalnya. Jangan sampai mereka tetap bertahan dengan kondisi seperti itu, atau malah sebaliknya, rumah mereka digusur untuk kepentingan pembangunan dan mereka tak punya tempat tinggal.
Jakarta membutuhkan pemandangan yang bagus sebagai Global City, dan permukiman kumuh seperti itu cukup mengganggu. Berkaca dari kota-kota modern di dunia, pusat kota mereka sudah tak ada perkampungan dan sudah ditumbuhi oleh gedung-gedung perkantoran dan apartemen atau rumah susun. Idealnya, pembangunan kota itu sekarang mengarah ke atas, bukan ke samping. Jadi stop pembangunan kavling perumahan dan mulailah ke pembangunan gedung bertingkat. Sisa ruang bisa dipakai untuk taman atau hutan kota. Di gedung-gedung itu pun harus diberi tanaman agar lingkungan tidak cemar dan tetap hijau.
Untuk hal ini, kita harus belajar dari China. Mereka menghancurkan perkampungan yang sudah tak sedap dipandang dan membangun perkampungan baru yang lebih layak di tempat yang sama.
Sayangnya pemerintah kita tidak peka dengan masalah ini. Mereka menggusur, tapi tak memberi ganti untuk para penduduk tergusur. Semoga mata mereka tercelikkan.