HUBAYA-HUBAYA!!! MOHON MAAF... UNTUK KALI INI, PERMINTAAN CD DAN DVD ISO LINUX TIDAK BISA DIPENUHI UNTUK SEMENTARA WAKTU... SEKIRANYA ADA KEMUNGKINAN UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN, AKAN DIUMUMKAN LEBIH LANJUT... TERIMA KASIH DAN MOHON MAAF UNTUK YANG TELAH MEMESAN ISO LINUX... HARAP MAKLUM... TABIK...

Sujiwo Tejo - Pada Suatu Ketika (Titi Kala Mangsa)

Akhirnya dapat juga lagu ini setelah kucari ke sana ke mari. Aku tertarik mendengar lagu ini setelah menonton filem "Tanda Tanya" (?), walaupun sebelumnya sudah sempat populer. Digubah dan dinyanyikan oleh Sujiwo Tejo, sang Dalang Edan, dalam bahasa Jawa "puitis". Terjemahan dapat dilihat pada video di bawah.

Wong takon wong sing tur angkara
Antarane rika aku iki
Sumebar ronronane gara
Janji sabar sabar sak wetara wektu
Kala mangsane
Titi kala mangsa

Pamujiku ti bisa
Sinutra korban jiwangga
Pamungkase kang tur angkara
Titi kala mangsa

Download : http://www.4shared.com/audio/jeG_Ai6e/Sujiwo_Tejo_-_Pada_Suatu_Ketik.html

Selamat Tinggal Sepakbola Indonesia

Mimpi burukku bahwa Kongres PSSI yang digelar hari ini akan diliputi kericuhan dan tidak akan bisa berjalan dengan baik ternyata menjadi kenyataan. Sekitar pukul 20.30 tadi, secara sepihak ketua kongres yang juga ketua Komite Normalisasi (KN) Agum Gumelar memberhentikan sidang dan meninggalkan ruang sidang beserta seluruh anggota KN, tamu dari FIFA dan tamu dari AFC.
Sudah kuduga bahwa ini akan terjadi. Bayangkan saja, sampai detik-detik menjelang kongres, sekelompok orang yang menyebut dirinya Kelompok 78 tetap berjuang keras untuk meloloskan George Toisutta dan Arifin Panigoro agar bisa masuk dalam daftar calon ketua umum PSSI. Kita sama-sama tahu bahwa mereka berdua bersama Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie ditolak dan tidak berhak untuk menjadi calon ketua umum PSSI. Tetapi entah ada angin apa, sekelompok golongan yang tadinya mati-matian mendukung Nurdin Halid agar menjadi ketua umum PSSI kini malah berbalik mendukung George Toisutta dan Arifin Panigoro agar bisa menjadi ketua umum PSSI. Jelas ini memunculkan berbagai spekulasi, kecurigaan, dan prasangka buruk dari masyarakat.
Dan di kongres ini, isu tersebut kembali diungkit. Celakanya, isu itulah yang membuat kongres ini tidak menghasilkan apa-apa. Bayangkan saja, sejak kongres dimulai, sudah terjadi perdebatan antara peserta kongres dengan Agum Gumelar selaku ketua sidang. Apa yang diperdebatkan??? Tentu saja mempertanyakan sebab-musabab ditolaknya George Toisutta dan Arifin Panigoro untuk menjadi calon ketua umum PSSI. Peserta sidang juga ingin meminta kejelasan dari Komite Banding alias Komding mengenai kenapa mereka mengizinkan dua orang itu menjadi calon ketua umum, sedangkan KN tidak menyetujuinya.
Pak Agum dan KN tetap tak bergeming. Baginya masalah itu sudah cukup sampai di situ. Tapi perdebatan yang alot akhirnya mendorong Pak Agum mempersilakan delegasi FIFA, aku lupa namanya siapa (yang pasti orang putih), untuk menjelaskan. Seharusnya di situ ia hanya bertindak sebagai pengamat, tapi akhirnya ia angkat berbicara. Tapi bicaranya hanya membuat keadaan tambah rumit karena apa yang ia sampaikan memang tidak jelas.
Perdebatan pun tetap berlanjut. KN tetap pada pemikirannya, peserta kongres pun tetap pada pemikirannya. Keadaan jadi tak terkendali hingga tak ada angin tak ada hujan, Pak Agum langsung melafazkan Hamdallah dan mengetuk palu pertanda kongres tersebut dihentikan.

Memang memalukan. Entah sedih, entah kecewa, entah marah, tak tahu bagaimana aku menggambarkan perasaanku melihat kelakuan para peserta sidang yang terliput oleh media internasional tadi. Mulai dari perilaku para peserta yang hanya mau berbicara tak mau mendengar, hingga seakan-akan tidak mau menghormati mereka yang ada di depan, yaitu Pak Agum, anggota KN, wakil dari FIFA dan wakil dari AFC. Padahal kongres ini penting, selain karena kita menentukan nasib PSSI ke depan, juga mempertaruhkan nama baik sepakbola Indonesia di mata internasional.
Entah apa yang ada di pikiran para peserta kongres dan juga tentunya Kelompok 78 itu untuk berani-beraninya menantang FIFA. Aku katakan menantang FIFA, jelas. Kita ini masih di bawah asuhan FIFA dan apapun yang berlaku di persepakbolaan kita adalah tanggung jawab FIFA. Dan kita tidak bisa semena-mena akan soal ini, apalagi hanya menyangkut dua orang yang bukan presiden, bukan raja, bukan dewa, dan bukan tuhan. Bagaimana terpuruknya nama Indonesia, sepertinya tidak terpikirkan oleh mereka. Yang penting saya dapat uang, yang penting saya dapat jabatan, yang penting saya dapat bagian, yang penting saya, saya, saya, dan saya. Mereka telah menjual nama baik sepakbola Indonesia demi ke-aku-an, ke-saya-an, ke-gue-an, ke-aing-an, ke-kawe-an, ke-den-an, dan silakan teruskan sendiri. Sudah habis perkataanku menggambarkan kekecewaan ini.

Nah, di TV banyak membahas tentang kita dan FIFA. Sikap para peserta sidang ini terkesan melanggar FIFA. Spekulasiku ada dua :

  1. Mereka tidak peduli apa peranan FIFA dan nasib sepakbola kita di mata internasional demi kepentingan mereka sendiri. Kecurigaanku, GT dan AP sudah melakukan permainan uang dalam hal ini. Bayangkan, demi apa Kelompok 78 begitu loyal terhadap mereka berdua, kalau bukan karena uang???
  2. Mereka Memang sengaja menjatuhkan nama kita di hadapan FIFA supaya negara kita diskors dan dikenai sanksi dari FIFA. Bisa jadi orang-orang ini sudah dikuasai oleh penguasa judi bola supaya semua pertandingan internasional kita dibatalkan. Dengan demikian yang mempertaruhkan supaya Indonesia kalah langsung bisa dapat untung. Kecurigaan yang sama terjadi ketika final piala AFF kemarin, bahwa Indonesia memang diskenariokan kalah melawan Malaysia supaya bandar judi bola bisa dapat untung banyak.

Jadi aku bisa simpulkan bahwa para peserta kongres dan Kelompok 78 memang parasit. Ternyata mereka sama saja seperti Nurdin Halid, dan ternyata sistem PSSI sudah seperti itu. Bagaimana mengharapkan revolusi total, kalau orang di dalamnya pun ternyata sama saja??? Dan mereka ini banyak dan tersebar, ada di daerah-daerah. Jadi bukan hanya ketua umumnya, cecunguk-cecunguknya pun sudah rusak.
Tapi kalau aku mau jujur, bukan hanya mereka yang salah. KN, Komding, dan FIFA pun salah. Kalaupun GT dan AP ditolak, jelaskanlah baik-baik kenapa mereka berdua ditolak, dengan demikian kita bisa tahu duduk perkaranya secara clear dan semoga semua pihak bisa menerimanya. Bukankah itu yang dituntut oleh para peserta selama lebih dari 4 jam tadi??? Sementara penjelasan dari delegasi FIFA hanya akan membuat situasi tambah pelik, karena apa yang ia sampaikan ambigu.
Nah, menjelaskan ini pun sebenarnya salah kalau baru dijelaskan pada saat hari H kongres, karena tidak masuk dalam agenda sidang. Harusnya dari hari-hari kemarin. Dalam hal ini, semua yang ada di sini aku bisa mengatakan tidak siap untuk menggelar kongres.

Biarlah kalau akhirnya kita diskors FIFA, kena sanksi FIFA dan kita tidak bisa ikut pertandingan internasional. Biarlah. Dan dengan demikian, aku tidak akan pernah menyaksikan APAPUN tentang sepakbola Indonesia lagi. Lebih baik aku menonton aksi klub kesayanganku, Liverpool FC, beraksi di Anfield Stadium, daripada menonton sepakbola Indonesia yang secara keseluruhan sistemnya sudah hancur semua. Kalau kemarin aku teriak-teriak MAJULAH SEPAKBOLA INDONESIA!!!, kini cukuplah aku mengelus dada dan mengatakan dengan suara rendah, selamat tinggal sepakbola Indonesia. Wassalam.