Aloha.

Aku sudah lama rindu untuk menulis lagi, sejak liburan usai. Tapi bingung nak tulis apa. Akhirnya sekarang aku menulis tentang selera hiburan anak-anak dari generasi ke generasi, yang tentunya berbeda-beda dan unik. Kita akui, zaman begitu cepat berubah, termasuk zaman yang dilalui oleh anak-anak. Unik untuk dibahas, semoga tulisan ini tidak membosankan kamu semua.

Si Unyil

Anak-anak yang lahir sekitar tahun 1980-an pasti mengenal Si Unyil. Ini adalah tayangan anak-anak paling populer pada masanya. Memang, pada tahun-tahun ini hanya ada 1 televisi di Indonesia, yaitu TVRI, sehingga hiburan pada saat itu cukup minim. Si Unyil menyegarkan kehausan akan hiburan yang bermutu untuk anak-anak.
Kata banyak orang, Si Unyil sarat dengan pesan-pesan propaganda rezim Orde Baru. Maklumlah, tayangnya pun di televisi milik pemerintah. Tapi boneka-boneka Unyil yang lucu, comel, dan pas untuk anak-anak, membuat anak-anak tidak terlalu menghiraukan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya.
Si Unyil, beserta kawan-kawannya (Usro, Ucrit, Pak Ogah, Pak Raden, dan lain-lain yang aku tak hafal), menggambarkan keseharian anak-anak di masyarakat Indonesia yang penuh dengan kegembiraan. Sehari-hari mereka bermain dan bercanda bersama, dan kebanyakan anak-anak pun begitu, sehingga menonton Unyil seperti menonton kisah kehidupan mereka sendiri.
Penggemar Si Unyil pun masih banyak, walaupun acara ini tidak tayang lagi (sekarang hadir dalam bentuk baru yang bertajuk Laptop Si Unyil di Trans7). Beberapa hal yang tak terlupakan dari Si Unyil adalah permainan "Hompimpa Alaium Gambreng" dan juga perkataan "Cepek dulu dong..." yang dipopulerkan oleh Pak Ogah.

Doraemon

Masa-masaku adalah masa 1990-an. Pada masa ini, tontonanku adalah Doraemon, sebuah animasi dari Negeri Matahari Terbit yang sangat fenomenal. Dulu ini adalah tontonan wajib bagi aku dan kawan-kawanku yang seumur. Sampai sekarang ini adalah animasi yang paling kuingat.
Doraemon adalah sebuah robot kucing yang diutus oleh penciptanya untuk menolong kakeknya yang bernama Nobita. Nobita adalah seorang pelajar SD yang malas, tidak terlalu pandai, dan juga lembek. Berkat peralatan-peralatan ajaib Doraemon yang keluar dari kantong ajaibnya, Nobita pun bisa terbantu. Sayangnya, Nobita semakin lama semakin malas karena hanya mengandalkan alat-alat Doraemon saja. Ia punya teman perempuan cantik bernama Shizuka, dan sering bertengkar dengan Giant (si tubuh besar) dan Suneo (anak orang penting).
Tanpa disadari, kisah Doraemon juga menggambarkan kehidupan sehari-hari kita juga. Kita selalu berimajinasi "andai aku punya ini...", "andai aku punya itu...", dan itu alami. Sampai sekarang aku masih mengalaminya dan senang berandai-andai. Andai aku punya mesin waktu, aku ingin berjumpa dengan kakekku yang sudah lama wafat. Andai aku punya kotak pengandaian, aku ingin agar Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Filipina, Timor Leste, dan Pattani tidak terpecah-belah dan tergabung dalam satu negeri. Andai aku punya pintu ke mana saja, aku mau pergi ke Socotra, pulau terunik di dunia. Andai aku punya ini, andai aku punya itu, dan seterusnya.
Di luar sana kita pun tak jarang bertemu orang-orang kasar seperti Giant, atau orang-orang tukang pamer semacam Suneo. Tentu kita sebal dengan mereka, tapi kenyataannya mereka ada di sekitar kita.
Doraemon hampir sama dengan Si Unyil, ceritanya sangat keseharian. Anak yang suka membangkang orang tua, anak yang malas mengerjakan PR, itu semua nyata dan real. Sampai sekarang aku tak pernah lupa dengan Doraemon, merchandise-nya pun masih sering kubeli. Bahkan jam bertema Doraemon pun aku pakai di bagian samping blog ini (lihat di sidebar). Agaknya banyak orang yang seperti aku, terutama generasi 90-an.

Upin dan Ipin

Generasi 2000-an cukup bertuah karena mendapat akses informasi yang sangat luas, baik dari TV maupun internet. Media pun sudah semakin beragam. Anak-anak pada masa ini mendapatkan berbagai macam acara anak-anak, walaupun harus diakui televisi Indonesia sudah mulai kurang peduli untuk menayangkan acara anak-anak yang bermutu. Tapi ada satu animasi yang fenomenal pada masa ini, yaitu Upin dan Ipin, sebuah animasi buatan Malaysia. Kenapa Upin dan Ipin??? Ceritanya pun sangat keseharian, dan sesuai dengan kisah kehidupanku yang berlatar perkampungan khas Melayu.
Upin dan Ipin adalah dua anak kembar yang orang tuanya sudah meninggal dunia. Mereka berdua diasuh oleh Kak Ros dan Opah, nenek mereka. Mereka bersekolah di Tadika Mesra, dan memiliki banyak teman. Teman-teman mereka pun berbilang kaum, ada Jarjit orang India dan Mei Mei orang China. Keseharian mereka diwarnai dengan bermain dan bermain, sama seperti anak-anak pada umumnya.
Upin dan Ipin pun menggambarkan kehidupan kita sehari-hari, terutama anak-anak kampung. Rumah panggung, ayam goreng, sekolah, semuanya sangat kena. Begitu juga dengan pergaulan tanpa pandang bulu. Upin dan Ipin mengajarkan hal-hal yang sangat sesuai dengan kebudayaan Melayu (dan juga Indonesia), terutama tentang nilai-nilai Islam dan sopan santun orang kita. Sehari-hari sekali.

Karena aku adalah generasi 90-an, maka tontonan yang sampai sekarang paling aku ingat adalah Doraemon. Sampai sekarang Doraemon masih punya banyak penggemar, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Tapi aku akui, ketiganya (Si Unyil, Doraemon, Upin dan Ipin) punya banyak penggemar karena ceritanya yang sungguh keseharian dan tidak kita sadari mencerminkan kisah hidup kita sendiri. Terutama Doraemon, cerita itu menggambarkan anak-anak yang senang berfantasi, berandai-andai, dan senang mencoba hal-hal baru.
Beda generasi, beda selera. Itu alami dan merupakan hukum alam. Hanya saja, aku ikut prihatin karena generasi sekarang kurang hiburan yang sesuai dengan anak-anak. Kita doakan semoga para insan media mau memperhatikan anak-anak agar mereka tetap seperti anak-anak, bukan seperti orang dewasa.