Bandung memang semakin plural. Sampai-sampai di kota yang tiada sangkut pautnya dengan Tanah Melayu ini pun telah berdiri rumah makan Melayu yang bertajuk "Raja Melayu". Sebenarnya aku telah sering mendengar rumah makan ini, tetapi karena uang yang aku punya cukup terbatas, aku hanya bisa menunggu sampai orang tuaku bisa datang ke Bandung.
Di papan namanya tertulis "Rumoh Makan Raja Melayu". Dari mana si pemilik rumah makan ini mendapat ilham untuk menulis "rumoh"? Setahuku, kata rumoh untuk kata rumah hanya terdapat di bahasa Aceh dan bahasa Melayu Kelantan. Entahlah, jangan terlalu dipersoalkan. Setelah itu, terdapat tulisan (kalau aku tak silap) "Masakan Sumatera, dari Aceh sampai Lampung". Tulisan ini pun membuat aku heran, karena bumi orang Melayu hanya berasal dari Aceh Temiang sampai Pulau Belitong, ditambah Riau Kepulauan, Tanah Semenanjung, dan Kalimantan Barat.
Sekali lagi, jangan terlalu dipersoalkan. Yang penting nikmatilah makanan dan suasananya. Tak sadar kalau kami masih ada di Bandung, karena berada di dalam rumah makan serasa berada di Pekanbaru atau Tanjung Pinang. Ornamen Melayu yang indah, pelayan-pelayan dengan baju teluk belanga dan baju kurung, juga iringan musik khas Melayu, membuat suasananya semakin nyaman, selesa (cakap orang Malaysia).
Bagaimana dengan makanannya? Wah, Melayu betul! Ada gulai (gulainya banyak, ada ayam, limpa, tunjang, usus, dan sebagainya), ayam panggang, asam pedas patin, pindang, sup, dan sebagainya. Tentu saja pedas, dan nikmat sekali! Makanan penutupnya adalah roti canai dengan kari ayam. Roti canai sendiri hanya dibuat di Tanah Melayu, salah besar kalau orang mengatakan roti canai berasal dari India, walaupun pembuatnya adalah orang Mamak atau Chulia (orang India yang telah menikahi penduduk tempatan dan memeluk Islam). Selain roti canai, ada pula roti jala. Di Pulau Jawa sangat sulit mencari 2 jenis roti ini.
Kami puas, dengan menikmati makanan di Raja Melayu, tak perlu jauh-jauh ke bumi bertuah bagi mencari kelezatan masakan Melayu, karena di Bandung pun ada. Biar sudah mendapat cupang, jangan lupakan si ikan pari. Biar sudah di rantau orang, jangan lupakan masakan kampung sendiri...