Hong Kong adalah sebuah kota yang cukup hebat. Tata kotanya rapi. Di mana-mana terdapat gedung pencakar langit. Tak heran kalau kota ini menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Sayang biaya hidup cukup tinggi, dan yang bisa tinggal di sini tanpa perlu memikirkan biaya hidup adalah orang-orang kaya. Di Hong Kong banyak orang kaya.


Pemandangan kota Hong Kong dari Avenue of the Stars


Pemandangan kota Hong Kong dari The Peak Tower

Bendera Hong Kong (kiri) dan bendera Republik Rakyat China (kanan), tanda bahwa Hong Kong masuk ke dalam teritori Republik Rakyat China, tapi juga punya wewenang sendiri dalam beberapa urusan, yang termaktub dalam prinsip "Satu Negara, Dua Sistem"

Transportasi di Hong Kong cukup mudah. Untuk hemat, aku menyarankan menggunakan MTR (singkatan dari Mass Transit Railway), kereta cepat massal yang menjangkau hampir seluruh wilayah Hong Kong. Harganya tidak terlalu mahal. Pada masa-masa sibuk, para pekerja pulang ke rumah (sekitar pukul 5-6 petang), kereta bisa cukup padat dan sesak, jadi jaga barang bawaan agar tidak hilang atau dicuri orang.
Aku tidak menganjurkan untuk memakai taksi. Selain harganya cukup mahal, kebanyakan supir tidak bisa berbahasa Inggris sehingga urusannya bisa menjadi lebih pelik, walaupun sebenarnya taksi di Hong Kong cukup nyaman.


Stasiun MTR Mong Kok

Mesin pembelian karcis

Salah satu platform atau peron MTR

Suasana di dalam kereta saat masa-masa sibuk

Perjalanan setelah keluar dari arena Disneyland, malamnya kami makan dan belanja di Mong Kok, sebuah daerah di dalam distrik Kowloon. Ternyata pada malam hari, banyak jalan di sana yang ditutup untuk kendaraan bermotor, dan dikhususkan untuk pejalan kaki. Jalan raya menjadi lautan manusia. Malam hari di sana cukup terang benderang.
Ada satu tempat makan yang bernama Lok Yuen. Di sana kebanyakan makanan halal, banyak yang terbuat dari daging sapi dan ikan. Rasanya cukup lezat. Rumah makan ini juga mendapat banyak sertifikat berkelas internasional.

Kedai Makan "Lok Yuen" di daerah Mong Kok

Mong Kok adalah tempat belanja yang ramai. Di sini banyak pedagang yang menjual pakaian, tas, sepatu, dan juga barang-barang suvenir dengan harga miring.


Suasana malam di Mong Kok

Esoknya kami melakukan perjalanan lagi. Pertama kami ke Avenue of the Stars, di mana bintang-bintang filem Hong Kong membubuhkan tanda tangan dan juga jejak tapak tangan di jalan itu. Artis yang sudah meninggal dunia, jejak tangannya akan dihapus. Selain itu, beberapa artis juga tidak mau memberikan cap tangannya, entah karena apa. Salah satunya adalah Chow Yun-Fat.


Tanda tangan dan cap tangan Michelle Yeoh, aktris populer filem Hong Kong yang berasal dari Malaysia


Patung Bruce Lee di Avenue of the Stars

Dari sana kami menuju ke Jewellery City, sebuah tempat produksi dan penjualan batu permata dan perhiasan. Saat kami datang, banyak rombongan dari Filipina dan Indonesia berkunjung ke sini. Beberapa tokoh terkemuka seperti Michael Jackson pernah ke tempat ini. Sayang harganya mahal, jadi hanya bisa melihat dan tidak bisa membeli.


Dari sana, kami menuju The Peak Tower. Di sana terdapat galeri patung Madame Tussaud yang isinya patung orang-orang terkenal. Cukup mirip dengan aslinya, walaupun koleksinya tentu saja tidak sebanyak galeri aslinya di London, Inggris, tapi tetap menarik.
Di sana kami juga membeli suvenir dan melihat pemandangan Hong Kong secara luas dari ketinggian. Banyak pencakar langit.

Bruce Lee

Puteri Diana

Cristiano Ronaldo

Malamnya kami makan dan belanja di Times Square. Dari hotel kami di daerah Fortress Hill, kami menumpang MTR ke stasiun di jalur yang sama di Causeway Bay. Times Square adalah sebuah mal yang besar, ada 9 tingkat. Di sini ada yang unik, yaitu replika bola Jabulani untuk Piala Dunia. Ternyata mereka pandai memanfaatkan momen.


Replika Jabulani

Banyak kaki yang menendang bola, tentu bukan kaki dan bola sungguhan

Besoknya kami akan melanjutkan perjalanan ke Shenzhen. Tunggu ceritanya di postingan berikutnya.