Apabila bertandang ke suatu tempat, tentulah ada beberapa fakta atau kenyataan menarik yang bisa dipelajari dan bisa menggambarkan bagaimana kondisi dan keadaan di negara tersebut. Termasuk pula Singapura.
Bila berkunjung ke suatu tempat, usahakan jangan cuma pergi sana pergi sini lalu ambil foto, belanja, beli buah tangan. Perjalanan kita akan menjadi sia-sia. Usahakan pelajari sesuatu yang baru di sana. Dengan demikian kita mendapatkan wawasan baru dan perjalanan kita akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.
- Singapura dulunya bernama Temasek. Nama Singapura diberikan oleh Parameswara dari Sriwijaya (Palembang) yang melarikan diri ke Melaka karena invasi Majapahit. Ketika Inggris menduduki negeri ini pada abad ke-18, nama tersebut dilafazkan menjadi Singapore, dan menjadi nama resminya di dunia internasional, sedangkan dalam bahasa Melayu atau Indonesia tetap disebut sebagai Singapura.
- Bahasa resmi Singapura adalah bahasa Inggris, tetapi bahasa nasional tetaplah bahasa Melayu. Bahasa Melayu dipakai dalam lagu kebangsaan ("Majulah Singapura") dan perintah-perintah dalam pasukan militer, dan juga dipakai sebagai bahasa keseharian oleh sebagian masyarakat. Walaupun begitu, tak banyak yang paham bahasa Melayu di Singapura, dan pemahaman bahasa Inggris cukup diperlukan. Amat disayangkan memang, orang Singapura lupa di mana posisinya sekarang dan secara kultural sudah lebih condong ke China dan ke Barat.
- Bahasa Inggris memiliki kekhasan di Singapura (biasa disebut Singlish), dengan campuran beberapa kata dari bahasa China, Melayu, dan Tamil. Dulunya bahasa ini adalah bahasa kreol (campuran), tapi sekarang sudah mendekati bahasa Inggris yang baku, dengan aksen yang khas Singapura. Aksen ini terkadang membingungkan masyarakat asing, termasuk orang Indonesia.
- Singapura adalah satu-satunya negara di luar China (termasuk Hong Kong, Macau, dan Taiwan) yang penduduknya mayoritas etnis China. Etnis China menjadi bagian dari 74% penduduk Singapura. Sisanya adalah orang Melayu, orang India, dan etnis-etnis lain. Di beberapa bagian di Singapura, anda sudah berasa seperti di China karena begitu banyak menemukan tulisan China dan percakapan bahasa Mandarin di mana-mana. Bahasa Mandarin menjadi bahasa ibu dari hampir separuh penduduk Singapura, tetapi belakangan bahasa Inggris makin populer penggunaannya di rumah. Bahasa Melayu juga mulai dipelajari oleh ramai orang bukan Melayu di Singapura agar lebih dekat dengan para pelancong dari Indonesia dan Malaysia, ketika ramai orang Melayu di Singapura justru mulai meninggalkannya.
- Tak banyak yang tahu bahwa kehidupan di Singapura juga cukup strict, selain dari denda yang tinggi untuk membuang sampah sembarangan dan melanggar peraturan lalu lintas. Dalam hal kebebasan pers, Singapura termasuk di peringkat rendah. Serangan atau pembangkangan terhadap pemerintahan yang berkuasa pun cukup dikekang.
- Singapura masih melaksanakan wajib militer untuk pemuda yang berumur 16-40 tahun. Mereka akan dibina selama 2 tahun. Entah apa landasan kebijakan ini, padahal negara ini tidak sedang dalam ancaman perang. Lain dengan Korea Selatan yang memang diperlukan.
- Memiliki kendaraan pribadi di Singapura tidak mudah. Ada pembatasan dalam kepemilikan, ditambah dengan harga mobil dan pajak yang tinggi serta biaya masuk jalan (ERP, Enter Road Payment). Tetapi hal tersebut terbalaskan dengan lengkapnya transportasi umum di Singapura seperti bis, MRT, dan taksi.
- Mayoritas warga Singapura kini tinggal di rumah pangsa (rumah susun) atau flat untuk menampung warga Singapura yang semakin banyak, tapi tetap menjaga daerah resapan air dan daerah konservasi.
- Biaya hidup di Singapura cukup tinggi. Makan sepiring menghabiskan sekitar 30 ribu rupiah. Tapi gaji di Singapura juga tinggi, dan selama ini aku lihat, di Singapura banyak orang-orang kaya. Buktinya mereka bisa membeli mobil mewah dan lihat handphone mereka, banyak yang memakai iPhone.
- Budaya Barat begitu terasa di Singapura. Anak-anak muda Singapura tidak malu untuk berpakaian minimalis seperti rok pendek dan tank top saat berjalan-jalan di luar rumah. Di Indonesia hal tersebut masih jarang terjadi.
- Tren rambut wanita di Singapura adalah tren rambut pendek. Kalau aku bisa menghitung, sepertinya perbandingan wanita berambut pendek dan berambut panjang di Singapura hampir mendekati 50:50. Tidak hanya rambut pendek, tapi juga diwarnai atau dicat. Tapi sayangnya, paras wajah wanita Singapura tidak begitu cantik, tidak seperti di Hong Kong. Hanya sedikit yang cantik.
- Di Singapura kita masih bisa menangkap siaran televisi dari Indonesia dan Malaysia, tetapi mulai banyak warga Singapura yang berlangganan TV kabel atau TV internet. TV satelit dilarang di Singapura, entah apa alasannya.
- Selama musim cuti kemarin, banyak mobil dari Malaysia berkeliaran di Singapura, terutama di pusat-pusat perbelanjaan.
5 komentar:
ERP- Electronic Road Pricing
sebab kerajaannya tidak lagi memperdulikan bahasa melayu,mementingkan bahasa english dan lebih lebih lagi bahasa mandarin
Bagi anda yang punya masalah ekonomi silahkan KLIK http://mbahsugem.blogsp[ot.com atau Hub:_085_213_703_444 trm ksih.
asahilmu.com
It tanah melayu kenapa tidak baha melayu saja.. (MELAYU MUDAH LUPA).
Posting Komentar