Suatu hari, aku dapat panggilan telepon dari ayah. Dia ajak aku melancong ke Singapura. Kebetulan ada tiket kapal terbang murah dari Jakarta ke Batam, dan dari sana naik kapal ferry ke Singapura. Sebenarnya ini ajakan mendadak karena untuk bulan Desember aku dah buat rencana kegiatan. Tapi akhirnya aku ikut serta. Kapan lagi ke Singapura kan???
Tanggal 22, aku berangkat. Pagi-pagi sekali. Sampai di Batam pun masih pagi. Sebenarnya di awal sudah terpikir mau naik kapal ferry lewat pelabuhan Batam Center. Tapi ternyata ada alternatif lain, yaitu lewat pelabuhan Nongsapura. Ada kapal ferry langsung ke pelabuhan Tanah Merah, Singapura. Kebetulan pula tempat kami tinggal nanti letaknya di Tanah Merah, jadi tak jauh. Akhirnya kami lewat Nongsapura.
Ternyata memang pilihan kami tak salah. Waktu tempuh kapal ferry lewat Nongsapura selama 30 menit (lebih sedikit), dibandingkan lewat Batam Center yang lebih lama, 1 jam lebih. Jadi pas untuk anda semua yang ada penyakit laut.
Tiket ferry bisa dibeli langsung di Lapangan Terbang Hang Nadim, ada loketnya di sana. Keterangan lebih lanjut, sila kunjungi laman http://www.batamfast.com.

Aku harus akui bahwa perjalanan 5 hari ini terkesan biasa-biasa saja. Sepertinya Singapura dari dulu gitu-gitu saja, tak banyak perubahan. Dan tempat yang aku kunjungi pun akhirnya itu-itu saja. Orchard Road, Merlion, Esplanade, udah. Sudah 3 kali ke Bandar Temasek, ke sana juga kunjungannya.
Tapi adalah tempat-tempat baru yang aku kunjungi. Contohnya Marina Bay Sands (disingkat MBS) yang memang baru dibuka beberapa masa silam. Satu yang menarik di sini adalah pemandangan dari lantai 52 gedung ini. Kita bisa melihat pusat bandar Singapura dan gedung-gedung yang melingkupinya. Dan yang paling menarik tentu saja kolam renang di tingkat 52 yang mana kolam renang tersebut langsung menghadap langit. Hampir tak ada pembatas antara kolam renang dan langit. Sambil berenang, kita bisa melihat pemandangan bandar Singapura.
Tempat lain yang aku kunjungi adalah Resort World Sentosa, sebuah resor di Pulau Sentosa yang dimiliki oleh perusahaan yang juga membina Genting Highland, Malaysia. Di sini pun ada kasino, sama macam di Genting. Dan daya tariknya tentulah Universal Studios, sebuah taman hiburan (theme park) yang menyajikan aneka ragam fitur dan seluk-beluk yang berkenaan dengan Universal Studio di Amerika sana yang telah menghasilkan ribuan filem dan hampir seluruhnya diminati di serata dunia. Karena aku bukan penyenang filem Hollywood, ditambah lagi cuaca yang panas dan antrian panjang selama aku ke sana, aku tak begitu menikmati kunjungan ke tempat ini. Dan aku harus akui, taman ini tidak lebih baik dari Disneyland di Hong Kong yang pernah aku kunjungi beberapa masa silam.

Marina Bay Sands

Resort World Sentosa

Selain tempat-tempat di atas, ya tentu saja tempat-tempat yang biasa aku (dan juga pelancong lain) kunjungi. Sudah pasti Orchard Road. Tiga hari aku ke sana, walaupun harus menempuh perjalanan jauh dengan kereta api MRT atau bis kota. Entah apa daya tarik dan magnet di jalan ini, aku pun tak tahu. Yang pasti, jalan ini begitu fenomenal.
Tidak ada yang berubah di Orchard, kecuali mungkin pusat perbelanjaan baru seperti ION dan 313 Somerset. Lautan manusia masih seperti dulu dan akan tetap seperti yang dulu. Jualan murah hari Natal juga masih ada. Makanan, minuman, dan es potong pun masih seperti dulu.
Tapi Singapura tetap menarik. Orang-orang tak pernah jemu pergi ke sana. Apa mungkin karena situasi dan kondisinya yang lebh teratur dan lebih rapi dibandingkan negara-negara sekawasan seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand??? Bisa jadi, dan Singapura pantas untuk dijadikan bahan pembelajaran atau contoh model pembangunan.

Yah, karena perjalanan kemarin itu biasa-biasa saja, maka tulisan ini pun akhirnya jadi biasa-biasa saja, tak seperti perjalananku ke Hong Kong beberapa waktu lalu yang memang cukup menarik dan berkesan.