Kalau kemarin-kemarin aku cerita yang aku memakai distro Ubuntu, sekarang sudah tidak lagi. Kini pilihanku jatuh pada distro lain yang menarik dan juga tidak kalah hebat dengan distro-distro lain : OpenSUSE.
Orang-orang pasti akan menganggapku aneh. Kepindahanku dari Windows ke Linux (Ubuntu) saja sudah dianggap aneh, apalagi kepindahanku yang ini. Gila mungkin. Ah, berlebihan rasanya. Orang kata aku aneh silakan, aku memang aneh. Hihihihihi.
Memang, menurut perkataan beberapa orang senior, sebaiknya kita mencoba berbagai macam distro Linux lalu memilih sendiri yang mana satu yang menurut kita cukup nyaman untuk digunakan. Tapi jangan semua lah. Distro Linux di jagat raya ini berlimpah-ruah. Hanya saja, aku sempat takut kalau-kalau komputer aku rusak karena terlalu sering berganti-ganti OS. Ternyata tidak juga. Jadi, kalau ada yang bilang komputer kita bisa rusak karena terlalu sering berganti OS, tak usah percaya.
Lagipun kita manusia sewajarnya punya rasa jenuh. Kalau pakai Ubuntu terus, rasanya tak kena. Mesti coba lagi dengan yang lain. Coba Fedora, sudah pernah, ternyata cukup sulit. Mandriva juga sudah coba. Agak mudah, tapi untuk koneksi internet agak pelik. Coba, coba, coba, dan coba, dapat juga. Pilihan jatuh ke OpenSUSE, sebuah OS buatan Jerman yang umurnya boleh dikatakan lebih tua dari Ubuntu.

Tampilan desktop OpenSUSE 11.3 KDE. Klik gambar untuk tampilan lebih besar.

Mengapa OpenSUSE, bukan yang lain??? Karena menurutku OpenSUSE ini berada pada kategori "menengah" dari berbagai macam aspek. Jumlah pengguna??? OpenSUSE tidak terlalu ramai penggunanya, tapi juga tidak terlalu sedikit. Ada yang bilang rangking ke-4 di dunia, ada juga yang bilang ke-3, ke-5, tak tahu pasti. Artinya apa??? Banyaknya pengguna biasanya berbanding lurus dengan banyaknya aplikasi yang ditawarkan untuk OS tersebut. OS yang jarang penggunanya juga akan ditawari sedikit aplikasi, dan ini jelas menyulitkan.
Tingkat kesulitan??? Tengah-tengah juga. Tak terlalu mudah, tak terlalu sulit. OpenSUSE cukup pas untuk pemula, walaupun aksesnya memang tidak semudah Ubuntu.
Kelebihan yang terutama sekali daripada OpenSUSE adalah YaST. Apa itu YaST??? YaST itu adalah sebuah administrator settings, sebuah program yang mengatur segala macam serba-serbi di dalam komputer. Boleh disamakan dengan Control Panel pada Windows. Ubuntu tak punya ini. Jadi, kita mau install program, install hardware (perangkat keras), setting internet, semua tercakup di YaST ini. Akses ke berbagai menu di YaST pun tergolong mudah.
Apa lagi kelebihannya??? Repository DVD. Macam-macam aplikasi mendasar yang kita butuhkan sudah ada di dalam DVD, misalnya aplikasi editing gambar, video, pemutar musik, dan lain-lain. Termasuk juga wvdial dan usb-modeswitch yang sangat aku butuhkan agar bisa terkoneksi melalui modem 3G yang aku punya. Kalau tidak, macam Ubuntu dulu, terpaksa pinjam modem kawan atau download di warnet. Capek deh, kata anak muda zaman sekarang.
Cuma ada sedikit yang terpaksa di-download dari internet, seperti Restricted File Formats (mp3, avi, dan kawan-kawan). Format seperti ini berlisensi, artinya tidak gratis, jadi tidak disertakan langsung dalam DVD. Tapi download gratis, tidak dipungut biaya. Yah, itulah resikonya memakai OS gratis.

DVD ISO Linux berisi file instalasi penuh, termasuk setting desktop. Ada GNOME, KDE, LXDE, dan Xfce. Yang default itu KDE. GNOME juga ada, tapi aku tidak menyarankan karena tampilannya kurang cantik dan terlalu jauh jika dibandingkan dengan GNOME pada Ubuntu atau Fedora. KDE memang cukup cantik dan membuatku jatuh hati, walaupun memang membuat kinerja PC cukup menurun. Lalu kenapa aku tak pakai Kubuntu saja??? Alah, sama saja pun dengan Ubuntu nanti.
Di mana bisa di-download??? Macam-macam tempat ada, tapi aku menyarankan di sini dan di sini. Cukup besar ISO-nya, sekitar 3 GB.
Demikianlah saja pengalamanku memakai OpenSUSE selama beberapa hari ini. Jangan lupa coba juga distro Linux yang lain. Apapun distronya, pakailah Linux, bukan yang lain!!!